Minggu, 08 September 2013

Bid’ah (hasanah) yang dilakukan para Sahabat semasa hidup Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (bagian 3)



Bid’ah mengawali setiap rakaat dengan surat al-Ikhlas


Sayyidina  Anas bin Malik radhiyallhu ‘anhu menceritakan bahwa seseorang sahabat Anshar sebagai imam di mesjid Quba’. Setiap menunaikan shalat berjamaah, sahabat ini selepas al-Fatihah, sebelum membaca sebuah surat, ia mengawalinya dengan surat al-Ikhlas baru kemudian membaca surat yang lain. Setiap rakaat ia lakukan hal yang sama. Menyaksikan hal ini, para sahabat yang berada di sana menegurnya.

“Selepas membaca al-Fatihah, engkau selalu membaca surat al-Ikhlas dan baru kemudian membaca surat yang lain. Apakah menurutmu surat yang lain tidak cukup sehingga engkau selalu mengawalinya dengan surat al-ikhlas? Baca saja surat al-Ikhlas dan tinggalkan surat lainnya, atau tinggalkan surat al-Ikhlas, dan bacalah surat yang lain.” Ujar mereka.

“Aku tidak akan meninggalkan surat al-Ikhlas maupun yang lain. Jika kalian suka aku menjadi imam, beginilah caraku. Jika kalian tidak suka aku menjadi imam, maka aku tidak akan menjadi imam kalian.” Jawab imam tersebut.

Para sahabat yang lain sadar, bahwa sahabat Anshar ini adalah yang terbaik di antara mereka. Mereka tidak mau orang lain menjadi imam. Ketika Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam datang berkunjung ke Mesjid Quba,’ mereka melaporkan peristiwa ini kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada imam Mesjid tersebut:

“Mengapa engkau tidak mau memenuhi permintaan teman-temanmu dan apa yang menyebabkanmu selalu membaca surat al-Ikhlas di setiap rakaat?”

“Duhai Rasul, aku mencintai surat al-Ikhlas,” Jawab Sahabat Anshar tersebut.

Mendengar ucapannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
حبك إياها أدخلك الجنة
“Cintamu kepadanya (kepada surat al-Ikhlas) memasukkanmu ke dalam surga.” (HR. Bukhari Muslim).

Hadits ini dengan jelas telah menggambarkan bid’ah yang dilakukan oleh seorang sahabat di masa hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah, bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyikapinya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan alasan melakukan hal itu, dan ketika alasannya tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan ajaran beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliaupun mendukungnya.

Sumber dari buku “Ahlul Bid’ah Hasanah karya al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus (Solo).”