Senin, 23 September 2013

Tawassul sayidina ‘Umar radhiyallahu 'anhu dengan sayidina ‘Abbas radhiyallahu 'anhu





Dalam shahih Bukhari, Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa dahulu jika musim paceklik, sayidina  ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu meminta hujan dengan bertawassul kepada sayidina ‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib. Sayidina ‘Umar berkata dalam do’anya
أللهمّ إنا كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا وإنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا
“Ya Allah, sesungguhnya dahulu ketika berdo’a kepada-Mu kami bertawassul dengan Nabi-Mu, Engkaupun menurunkan hujan kepada kami. Dan sekarang kami berdo’a kepada-Mu dengan bertawassul dengan paman Nabi kami, maka berilah kami hujan.” (HR Bukhari)

Tidak lama setelah itu, Allah menurunkan hujan kepada mereka semua.
Di atas disebutkan dengan jelas bahwa sayidina ‘Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu bertawassul dengan sayidina ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada sebagian yang menggunakan atsar ini sebagai dalil bahwa tawassul dengan orang yang sudah meninggal tidak boleh, sebab sayyidina ‘Umar bertawassul dengan sayidina ‘Abbas yang masih hidup. Pendapat seperti ini tidak tepat, sebab dalam kenyataannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  mencontohkan kepada kita bertawassul kepada yang hidup maupun yang sudah meninggal. Begitu pula para sahabat radhiyallahu ‘anhum lainnya sebagaimana diceritakan tentang seorang tuna netra di zaman kekhalifahan sayidina ‘Usman radhiyallahu ‘anhu. Lalu apa maksud tawassul sayidina ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dengan sayidina ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu yang masih hidup? Tujuan beliau adalah untuk mengajarkan dan mencontohkan kepada semua sahabat, bahwa tawassul dengan selain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam boleh dan dapat dilakukan. Beliau radhiyallahu ‘anhu menunjuk sayidina ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu karena kedekatan sayidina ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sayidina ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu merupakan paman Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ahli bait Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kesimpulannya,  tawassul merupakan salah satu bentuk do’a. Beberapa Hadis yang telah lalu disebutkan  membuktikan bahwa tawassul dengan amal shaleh sendiri dan dengan orang lain yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, merupakan bagian ajaran Islam. Oleh karena itu, mari kita berhati-hati dan tidak menuduh seorang muslim telah berbuat syirik hanya karena bertawassul dengan mereka yang telah meninggal dunia.

(Sumber ustadzuna al-Habib Noval bin Muhammad Alaydrus)