Selasa, 10 September 2013

Bid’ah (hasanah) yang dilakukan para Sahabat Radhiyalahu 'anhum semasa hidup Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam (bagian 5)



Bid’ah do’a i’tidal

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari, Muslim, Ahmad, dan perawi lainnya disebutkan bahwa Rifa’ah bin Rafi’ berkata: “Pada suatu hari kami shalat berjamaah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika beliau bangkit dari rukuk dan mengucapkan :
سمع الله لمن حمده
“Allah Maha Mendengar orang yang memuji-Nya.” Salah seorang yang berada di belakang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (makmum) mengucapkan
ربنا ولك الحمد حمدا كثيراطيبا مباركا فيه
“Duhai Tuhan kami, segala puji hanya bagi-Mu, pujian yang banyak, indah, dan diberkati.”

Setelah selsesai menunaikan shalat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Siapakah yang mengucapkan kalimat tadi?”

“Saya” Jawab lelaki tersebut.

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدرونها أيهم يكتبها أول
“Aku melihat lebih dari tiga puluh malaikat berebut untuk menjadi yang pertama mencatat pahalanya.” (HR Bukhari)

Ketika menjelaskan hadits ini, Ibnu Hajar al-Asqalani radhiyallahu ‘anhu berkata:
واستدل به على جواز إحداث ذكر فى الصلاة غير مأثور إذا كان غير مخالف للمأثور, وعلى جواز رفع الصوت بالذكر ما لم يشوش على من معه
Hadits ini menjadi dalil diperbolehkannya di dalam shalat berkreasi membuat dzikir yang tidak diajarkan (oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam), selama dzikir tersebut tidak bertentangan dengan yang diajarkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di samping itu, hadits di atas menjadi dalil bolehnya seseorang berdzikir dengan suara keras selama tidak mengganggu orang yang bersamanya.”

Sumber dari buku “Ahlul Bid’ah Hasanah I karya al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus (Solo).”