Minggu, 22 September 2013

Tawassul para sahabat radhiyallahu 'anhum dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam





Dalam sunan Tirmidzi disebutkan bahwa Usman bin Hunaif radhiyallahu anhu berkata, “ada seorang lelaki tuna netra datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau untuk mendo’akannya agar dapat melihat kembali. Pada saat itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan dua pilihan kepadanya, yaitu dido’akan sembuh atau bersabar dengan kebutaannya tersebut. Lelaki tersebut minta didoakan agar dapat melihat kembali. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya untuk berwudu dan berdoa
 " اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ، مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى لِيَ، اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ ".
Ya Allah sesungguhnya aku memohon dan berdo’a kepada-Mu dengan (bertawassul dengan) Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh kasih sayang. (Duhai Rasul) Sesungguhnya aku telah bertawajjuh kepada Tuhanku dengan (bertawassul)-mu agar hajatku terkabul. Ya Allah terimalah syafaat beliau untukku.” (HR Tirmidzi, dan Abu Dawud).

Imam Tirmidzi menyatakan Hadis ini sebagai Hadis Hasan Shahih. Imam Hakim dan adz-Dzahabi juga menyatakan Hadis ini sebagai Hadis Shahih.

Saudaraku, dalam hadis di atas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kita bertawassul dengan beliau. Tawassul seperti ini tidak hanya berlaku ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, akan tetapi juga berlaku setelah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. Buktinya sejumlah sahabat menggunakan tawassul ini sepeninggal Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan mereka radhiyallahu ‘anhum mengajarkannya kepada orang lain. Ketika menyebutkan Hadis di atas, Imam at-Thabrani bahwa ada seorang lelaki yang sering mengunjungi khalifah ‘Usman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu untuk menyampaikan kepentingannya. Tetapi khalifah ‘Usman bin ‘Affan tidak sempat memperhatikannya. Ketika bertemu Usman bin Hunaif, lelaki itu menceritakan masalah yang ia hadapi. Usman bin Hunaif kemudian memerintahkan lelaki itu untuk berwudu, mengerjakan shalat du rakaat di Mesjid, membaca doa di bawah ini dan kemudian mendatanginya untuk diajak pergi menemui sayidina ‘Usman. Inilah doanya:
"اللهم إني أسألك وأتوجه إليك بنبينا محمد، صلى الله عليه وسلم، نبي الرحمة يا محمد إني أتوجه بك إلى ربي جلّ و عزّ فيقضي لي حاجتي"
“ Ya Allah, sesungguhnya aku memohon dan bertawajjuh kepada-Mu dengan (bertawassul dengan) Nabi kami Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Nabi yang penuh kasih. Duhai Muhammad, sesungguhnya dengan bertwassul denganmu aku bertawajjuh kepada Allah Tuhanmu dan Tuhanku yang Maha Agung, dan Maha Mulia agar Ia (Allah taala) mewujudkan hajatku.”

Setelah melaksanakan saran Usman bin Hunaif, lelaki itu menemui khalifah Usman bin Affan. Sesampainya di depan pintu, penjaga menyambutnya, membawanya masuk dan menggandeng tangannya. Sayyidina Usman mendudukkannya di permadani tipis di dekatnya kemudian bertanya kepadanya, “apa hajatmu?” setelah lelaki itu menyebutkan semua hajatnya, sayyidina Usman radhiyallahu ‘anhu pun memenuhi permintaannya. Kemudian beliau radhiyallahu ‘anhu berkata “Kenapa baru sekarang engkau sampaikan hajatmu?” Setiap kali engkau memerlukan sesuatu, segeralah datang kemari.”

Ketika meninggalkan kediaman sayidina ‘Usman ra, lelaki itu bertemu dengan ‘Usman bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu.

“Semoga Allah taala membalas kebaikanmu. Sebelum engkau menceritakan perihalku kepadanya, beliau tidak pernah memperhatikan hajatku maupun memandangku.” Kata lelaki tersebut kepada ‘Usman bin Hunaif.

“Demi Allah, aku tidak mengatakan apa-apa kepada beliau radhiyallahu ‘anhu. Hanya saja aku pernah seorang lelaki tuna netra datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengeluhkan kebutuhannya (sampai akhir cerita seperti yang di atas).

Saudaraku, cerita di atas membuktikan bahwa para sahabat juga bertawassul dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sepeninggal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sumber: Ustdazuna al-Habib Noval bin Muhammad Alaydrus, Solo, dalam buku beliau Mana Dalilnya 1.