Rabu, 11 September 2013

Berdo’a dengan tawassul

 
Kita sering mendengar seorang Muslim berdo’a dengan mengucapkan beberapa kalimat berikut: “Ya Allah, berkat wali-Mu fulan, berilah aku......” atau “ya Allah, berkat puasaku (atau amal shaleh lainnya), mudahkanlah semua urusanku.” Atau “Ya Allah, berkat shalawat yang kami baca anugerahilah aku......” atau “ya Allah, berkat wali-Mu yang dimakamkan dikuburan ini, selamatkanlah aku dari.......”

Semua yang tertera di atas merupakan contoh tawassul. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana sebenarnya hukum tawassul sendiri?

Arti tawassul
Tawassul artinya menjadikan sesuatu sebagai perantara dalam usahanya untuk memperoleh kedudukan yang tinggi di sisi Allah Subhanahu wa taala atau untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya. Sedangkan wasilah adalah sesuatu yang dijadikan sebagai perantara dalam bertawassul. Dalam al-Qur’an, Allah Subhanahu wa taala mewahyukan
يآأيها الذين آمنو اتّقوا الله وابتغوا إليه الوسيلة وجاهدوا فى سبيله لعلّكم تفلحون
“Hai orang-orang yang beriman, patuhlah kepada Allah, dan carilah wasilah kepada-Nya, dan berjuanglah di jalan Allah, supaya kamu jadi beruntung.” (al-Maidah, 5:35)

Sesuatu dapat dijadikan sebagai wasilah (perantara) jika ia dicintai dan diridhai Allah Subhanahu wa taala. Berdo’a dengan tawassul artinya memohon kepada Allah Subhanahu wa taala dengan menyebutkan sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah. Contoh, jika seseorang ingin mendapatkan ampunan Allah Subhanahu wa taala, kemudian dia berdo’a demikian, “Ya Allah, berkat Nama-Mu ar-Rahman dan al-Ghaffur ampunilah segala kesalahanku.” Atau “Ya Allah, berkat kebesaran Nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mudahkanlah segala urusanku yang Engkau ridhai.”

Seseorang yang bertawassul berarti mengaku bahwa dirinya penuh kekurangan. Dengan segala kekurangannya tersebut, dia sadar bahwa do’anya sulit dikabulkan. Oleh karena itu, ia pun meminta syafaat (pertolongan) kepada sesuatu atau seseorang yang menurut prasangka baiknya dicintai oleh Allah subhanahu wa taala agar Allah subhanahu wa taala mengabulkan do’anya. Maksud meminta pertolongan kepada sesuatu atau seseorang di sini hanyalah menjadi wasilah agar do'a dikabulkan oleh Allah subhanahu wa taala, bukan yang mengabulkan do'a, yang mengabulkan do'a  hanya Allah subhanahu wa taala seperti contoh-contoh do'a di atas.Inilah hakikat tawassul.

Selanjutnya, BERBAGAI BENTUK DO’A TAWASSUL.

Sumber: Buku Mana dalilnya 1, karya al-Habib Noval bin Muhammad Alaydrus, Solo, Taman Ilmu, hal. 113-114.