foto diambil dari http://images.solopos.com/2012/03/1803salawat2.jpg
(Pengantar)
Banyak hadits shahih yang menyebutkan bahwa sejumlah sahabat
membuat amalan-amalan atau menyusun dzikir, dan do’a tertentu tanpa diajarkan
oleh Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka beristinbath
(mengambil suatu hukum dari teks-teks/nash yang ada) dan meyakini bahwa itu
merupakan bagian dari kebaikan yang diperintahkan oleh Allah taala dalam
wahyunya:
“Hai
orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan
perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS: al-Hajj: 77)
Serta dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
dalam sabda beliau
من سنّ
فى الإسلام سنّة حسنة فله أجرها, وأجر من عمل بها بعده. من غير أن ينقص من أجورهم
شيء. ومن سنّ فى الإسلام سنّة سيّئة, كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده. من
غير أن ينقص من أوزارهم شيء
Barangsiapa di dalam Islam membuat sunah (contoh perbuatan) yang
baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan sunah itu
setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa di dalam
Islam membuat sunah yang buruk, maka dia memperoleh dosanya dan dosa orang yang
mengamalkannya setelahnya, tanpa sedikitpun mengurangi dosa mereka. (HR.
Muslim)
Hadits di atas memang disampaikan dalam kasus sedekah, kendati
demikian bukan berarti hanya berlaku untuk kasus sedekah saja. Para ulama Ushul
Fiqh menyatakan bahwa pelajaran yang diambil berdasarkan pada keumuman
kalimatnya, bukan kekhususan sebabnya. Karena itulah banyak sahabat yang
berinisiatif (mempunyai ide) untuk membuat dan mengerjakan amalan-amalan
tertentu yang belum pernah diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyikapi perbuatan para sahabat
tersebut dengan bijak, beliau menerima, menyambut baik, dan memberikan
penghargaan kepada mereka selama apa yang mereka lakukan tidak bertentangan
kaidah agama, tidak bertentangan dengan al-Qur’an, dan tidak bertentangan
ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam. Para sahabat dan ulama
setelah mereka yang meneladani sikap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
tentu akan bersikap yang sama dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam dalam menyikapi hal-hal baru
yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Wallahu a’lam
Sumber: yang mulia al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus dalam buku
beliau “Ahlul Bid’ah Hasanah 1,” Surakarta; Taman Ilmu, 2011.