Senin, 19 Agustus 2013

Bid’ah-bid’ah Sahabat


foto diambil dari http://images.solopos.com/2012/03/1803salawat2.jpg

(Pengantar)

Banyak hadits shahih yang menyebutkan bahwa sejumlah sahabat membuat amalan-amalan atau menyusun dzikir, dan do’a tertentu tanpa diajarkan oleh Rasululullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka beristinbath (mengambil suatu hukum dari teks-teks/nash yang ada) dan meyakini bahwa itu merupakan bagian dari kebaikan yang diperintahkan oleh Allah taala dalam wahyunya:
 
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS: al-Hajj: 77)

Serta dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda beliau
من سنّ فى الإسلام سنّة حسنة فله أجرها, وأجر من عمل بها بعده. من غير أن ينقص من أجورهم شيء. ومن سنّ فى الإسلام سنّة سيّئة, كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده. من غير أن ينقص من أوزارهم شيء
Barangsiapa di dalam Islam membuat sunah (contoh perbuatan) yang baik, maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkan sunah itu setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Barangsiapa di dalam Islam membuat sunah yang buruk, maka dia memperoleh dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya setelahnya, tanpa sedikitpun mengurangi dosa mereka. (HR. Muslim)

Hadits di atas memang disampaikan dalam kasus sedekah, kendati demikian bukan berarti hanya berlaku untuk kasus sedekah saja. Para ulama Ushul Fiqh menyatakan bahwa pelajaran yang diambil berdasarkan pada keumuman kalimatnya, bukan kekhususan sebabnya. Karena itulah banyak sahabat yang berinisiatif (mempunyai ide) untuk membuat dan mengerjakan amalan-amalan tertentu yang belum pernah diajarkan Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyikapi perbuatan para sahabat tersebut dengan bijak, beliau menerima, menyambut baik, dan memberikan penghargaan kepada mereka selama apa yang mereka lakukan tidak bertentangan kaidah agama, tidak bertentangan dengan al-Qur’an, dan tidak bertentangan ajaran beliau shallallahu alaihi wa sallam. Para sahabat dan ulama setelah mereka yang meneladani sikap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentu akan bersikap yang sama dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  dalam menyikapi hal-hal baru yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Wallahu a’lam

Sumber: yang mulia al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus dalam buku beliau “Ahlul Bid’ah Hasanah 1,” Surakarta; Taman Ilmu, 2011.