Jumat, 16 Agustus 2013

“Penjelasan keburukan sifat murka”





Perlu diketahui bahwa seorang mukmin tidak boleh menyimpan sifat murka dalam hatinya. Hal ini disebutkan dalam firman Allah swt  yang artinya “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin.” (QS al-Fath: 26)

Firman Allah swt di atas mengisyaratkan bahwa Allah swt mencela sikap buruk orang-orang kafir terhadap Baginda Rasulullah saw dan umatnya. Mereka menyombongkan dirinya sehingga mereka berani murka demi membela kebatilan. Tetapi Allah swt menguji orang-orang beriman, karena sikap mereka yang bersabar ketika menghadapi tantangan dari orang-orang kafir, sehingga Allah swt memberi ketenangan kepada orang-orang yang beriman.

Abu Hurairah ra mriwayatkan sebuah riwayat bahwa ada seseorang berkata: “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku yang sedikit tetapi pahalanya besar.” Kemudian beliau saw bersabda: “Janganlah engkau suka marah.” Kemudian ia bertanya lagi: “Apalagi ya Rasulullah?” jawab beliau saw: Janganlah engkau suka marah.” (HR Bukhari nomor 6116).

Sayyidina Ibnu Umar ra berkata: “Aku pernah berkata kepada Rasulullah saw ‘Katakanlah kepadaku sebuah ucapan yang tidak banyak kalimatnya, agar aku dapat selalu mengingatnya.’” Kemudian beliau saw bersabda: “Janganlah engkau suka marah.” Maka aku mengulangi pertanyaanku lagi dan beliau saw berkata: “Janganlah engkau suka marah.” (HR Ahmad, hadis nomor 15964)

Diriwayatkan dari sayyidina Abdullah bin Amru ibn Ash ra bahwa ia pernah bertanya kepada Baginda Raulullah saw, “Apakah yang dapat menyelamatkan diriku dari murka Allah ya Rasulullah?” lalu beliau saw bersabda, “Janganlah engkau suka marah.”(HR Ahmad hadis nomor 6635 dan al-Baihaqi hadis nomor 8281).

Sayyidina Ibnu Mas’ud ra meriwayatkan bahwa Baginda Nabi Muhammad saw bertanya: “Siapakah orang yang kuat?” Para sahabat menjawab, “Orang yang kuat adalah orang yang tidak dapat dibanting oleh orang lain.” Baginda Nabi Muhammad saw tersenyum dan berkata: “Bukan itu yang termasuk orang yang kuat, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ia marah.” (HR Muslim, hadis nomor 2608)

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda yang artinya: Sesungguhnya orang yang kuat bukanlah orang yang dapat membanting orang lain, tetapi orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan nafsunya ketika ia sedang marah.” (HR Bukhari hadis nomor 6114 dan Muslim hadis nomor 2609).

Selain itu, Baginda Nabi Muhammad saw juga bersabda yang artinya, “Siapapun yang dapat mencegah kemarahannya, maka Allah akan menutupi kekurangannya.” (HR. Ibnu Abiddunya hadis nomor 36 dan al-Haitami dalam musnadnya juz 8, halaman 121)

Sulaiman bin Daud ra, pernah berkata, “Wahai puteraku, janganlah engkau suka marah, karena suka marah dapat menyebabkan orang bersabar menganggapmu remeh.”

Al-Hasan ra berkata: “Wahai Anak Adam, setiap kali engkau marah dan engkau akan berbuat kekerasan, sehingga engkau akan berakhir dalam kobaran api neraka.”

Dzil Qarnain ra berkata, “Janganlah engkau marah, karena setan lebih mampu untuk menggoda anak Adam ketika ia sedang marah. Sebaiknya engkau menahan diri ketika engkau marah dan menenangkan hatimu dengan kasih sayang kepada orang lain.”

Sayyidina Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir berkata: “Kemurkaan adalah pemicu segala keburukan.”

Salah seorang sahabat Anshar berkata: “Orang yang bodoh adalah orang yang suka marah. Tidak menjawab ucapan orang yang menyakiti adalah sebagai jawaban bagi yang bodoh.”

Pernah dikatakan kepada orang bijak: “Alangkah pandainya orang yang dapat menahan dirinya ketika ia marah. Kalau begitu janganlah sampai ia dikalahkan oleh hawa nafsunya, jangan sampai ia dibanting oleh nafsunya dan jangan sampai dikalahkan oleh kemarahannya.”

Dikatakan bahwa, kemarahan dapat merusak keimanan sebagaimana jadam dapat merusak manisnya madu.

Sayyidina Ibnu Mas’ud ra berkata: “Lihatlah kesabaran seseorang ketika ia sedang marah, dan kejujuran seseorang ketika rakus. Untuk mengetahui orang itu suka bersabar adalah seseorang yang tidak pernah marah dan untuk mengetahui orang yang jujur adalah seseorang yang tidak pernah rakus.”


(Catatan)
Tulisan ini diambil dari buku 3 sifat tercela terjemahan dari kitab al-Qabas an-Nuur al-Mubiin min Ihya Ulumuddin karya al- ‘Allamah al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidzh. Diterjemahkan oleh ust. Yunus bin Ali al-Muhdhor. Halaman 2-6. Penerbit Cahaya Ilmu Surabaya, 2012.