Bid’ah mengakhiri setiap rakaat dengan surat al-ikhlas
Sayyidatuna Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam mengutus beberapa sahabat ke medan laga. Beliau shallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk salah seorang di antara mereka sebagai pimpinan. Beliau shallahu ‘alaihi wa sallam menunjuk salah seorang di antara mereka sebagai pimpinan. Anehnya, pimpinan tersebut setiapkali menjadi imam shalatnya, selepas surat al-Fatihah kemudian membaca surat, ia selalu mengakhirinya dengan surat al-Ikhlas. Ketika pasukan perang yang dipimpinnya kembali ke Madinah, para sahabat melaporkan ini kepada Rasulullah shallalahu alaihiwasallam. Setelah menyimak laporan mereka, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan hal itu.”
Ketika para sahabat bertanya mengapa ia selalu membaca
surat al-Ikhlas selepas al-Fatihah dalam shalatnya, lelaki tersbut menjawab
لأنها صفة
الرحمن وأنا أحب ان أقرأها
“Sebab surat
al-ikhlas tersebut (memuat) sifat sifat Allah yang Maha Penyayang dan aku suka
membaca sifat-sifat Allah.”
Para sahabat menyampaikan jawaban ini kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mendengar alasan lelaki itu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
أخبروه أن
الله يحبه
“Sampaikan kepadanya, bahwa Allah mencintainya.” (HR.
Bukhari, Muslim, dan Nasa i)
Coba perhatikan, ketika ada sikap dari seorang sahabat
yang selalu mengakhiri setiap rakaat sebelum rukuk dengan surat al-ikhlas yang
dianggap tidak wajar oleh sahabat yang lain disebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam tidak pernah melakukannya, tidak pernah mencontohkan, dan tidak
pernah pula menganjurkannya. Ketika hal tersebut dilaporkan kepada Rasulullah
shallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau shallallhu ‘alaihi wa sallam meminta
mereka menanyakan alasannya melakukan hal itu. Kemudian ketika perbuatan dan
alasannya tidak bertentangan dengan syariat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mendukung bid’ah sahabat tersebut bahkan menjaminnya mendapatkan
surga.
Sumber dari buku “Ahlul Bid’ah Hasanah karya al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus (Solo).”
Sumber dari buku “Ahlul Bid’ah Hasanah karya al-Habib Noval bin Muhammad al-Aydrus (Solo).”