Rabu, 12 Juni 2013

Dua hal yang memantik musibah


Khotbah yang mulia al-Habib Umar bin Hafidz


Segala madah (pujian) bagi Allah SWT, penghimpun manusia di hari kiamat yang telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur hidayah di muka bumi. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.

Wahai hamba Allah. Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram

Wahai hamba Allah,. Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.

Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala. Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh, dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abai serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak di negeri muslimin.

Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah tutup telinga dan mata. Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.
Sadarlah wahai muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu. Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.

Rasulullah SAW bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia mendapatkan harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya diamalkan?

Wahai hamba Allah. Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”

Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, “Di dalam surga, para penghuninya masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di kehidupan dunia—yang tidak mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT.”

Beliau juga mewanti-wanti, “Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat nanti.”

Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta tujuan yang penuh manfaat. “Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau mengalpakannya?” begitulah yang dinarasikan Rasulullah SAW.

Wahai hamba Allah. Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa zikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum muslimin tak pernah lalai untuk berzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam, baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh zikir. Mereka malas mengingat Allah dan lebih suka membicarakan yang lain. Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih asyik daripada bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.

Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis taklim. Ketika majelis pengajian diadakan di suatu desa, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW, “Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan kesempatan itu.”

Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.

Wahai hamba Allah. Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.

Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih Sayang.

Disalin dari
Majalah Cahaya Nabawiy edisi No. 77 Th VII Dzulqaidah 1430 H / Nopember 2009 Hal. 44-47