Senin, 24 Juni 2013

50-ribu-jamaah-ikuti-sholawat-akbar

SOLO (KRjogja.com)- Sebanyak 50 ribu jemaah menyesaki kawasan Koridor Sudirman mulai dari Tugu Pamandengan di depan Balaikota hingga Bunderan Gladag, mengikuti sholawat akbar yang dipimpin Habib Syeh Assegaf. Hadir pada acara dalam rangkaian Hari Jadi ke-67 Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Walikota FX Hadi Rudyatmo, Wakil Walikota Achmad Purnomo, Ketua DPRD YF Sukasno, serta para pejabat pemerintah setempat.

Dipandu Habib Syeh Assegaf, mereka serempak melantunkan sholawat hingga melahirkan suara menggema penuh khitmad. Sesekali pula, ribuan jemaah serempak melambaikan tangan berirama ke kanan dan kiri, ada pula yang mengibaskan bendera kecil, hingga terpampang sebuah paduan gerak yang indah bernuansa warna putih. Sungguh, kawasan Koridor yang biasanya lekat dengan hiruk pikuk kepadatan lalu lintas, malam itu berubah total menjadi ruang spiritual yang menyejukkan.

"Ini merupakan langkah awal dari gagasan besar untuk mewujudkan Solo sebagai Kota Sholawat," ungkap Walikota FX Hadi Rudyatmo, saat membuka acara tersebut Sabtu (22/06/2013) malam. Sebab ke depan secara bertahap, ritual serupa juga dilangsungkan di kecamatan-kecamatan serta kelurahan.

Gagasan membangun Kota Sholawat, menurutnya, bukanlah hal yang mustahil, menyusul Kota Solo memiliki jejak sejarah tersendiri dalam penyebaran agama Islam, yang diantaranya masih dapat ditelusuri lewat tradisi Sekatenan.

"Alangkah indahnya jika suatu saat nanti setiap satu bulan sekali terselenggara sholawat. Dengan begitu tak ada lagi masyarakat Solo terkena stres, dan hidup saling berdampingan dala suasana damai. Karenanya, dia mengapresiasi upaya Pemkot Solo membangun suasana batin lewat sholawat, sekaligus mendukung sepenuhnya untuk mewujudkan Kota Sholawat," tambah Habib Syeh Assegaf. (Hut)
diambil dari

Rabu, 19 Juni 2013

Kenang2an Majelis di Jogjakarta

 Habib Sayidi Baraqbah



Ceramah Habib Alwi bin Ali al-Habsyi tentang Taubat

Link download
Rekaman dari majalah Cahaya Nabawiy edisi 74

Puasa

Ceramah agama "Tingkatan puasa dan 5 perkara yang membatalkannya." disampaikan oleh Habib Abdurrahman bin Husein Assegaf, dan Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf
Bonus dari Cahaya Nabawiy Pasuruan edisi 75

Link download

Senin, 17 Juni 2013

Rekaman Majelis ar-Raudhah, Solo, Jawa Tengah, tanggal 24 Mei 2013

Rekaman Majelis ar-Raudhah, Solo, Jawa Tengah, tanggal 24 Mei 2013
1. Pembacaan maulid simtuddurar/ maulid al-Habsyi dipimpin oleh al-Habib Husein bin Anis al-Habsyi.
2. Pengajian rutin dipimpin oleh al-Habib Novel bin Muhammad al-'Aydrus

link download

Minggu, 16 Juni 2013

Shalawatan bersama Habib Syeikh bin Abdul Qadir as-Segaf

Foto diambil dari  http://www.elhooda.net/wp-content/uploads/2012/03/habib-syech.jpg akses 16 Juni 2013

Bonus dari majalah Cahaya Nabawiy Pasuruan bag 1 edisi 110

Bonus dari majalah Cahaya Nabawiy Pasuruan bag. 2 edisi113 

Juara I Keluarga Sakinah tingkat Provinsi Kalimantan Selatan 2011

TRIBUNKALTENG.COM, BANJARMASIN - Tidak pernah terbersit dalam benak Subeli Arsyad (64) dan istrinya Nurhaniah (56), jika dia bakal terpilih sebagai keluarga sakinah teladan Kalsel  2011.

Menurut warga Desa Muning Baru RT1 kecamatan Daha Selatan kabupaten Hulu Sungai Selatan itu, keluarganya juga tidak jauh beda dengan peserta lain yang mengikuti acara tersebut.

“Saya tidak menyangka kalau bakal menjadi juara, makanya tegang banget. Seperti tidak percaya saja,” ujar Subeli sambil membenarkan posisi kopiah hitam yang dikenakan.

Pria yang kulitnya sudah mulai keriput karena dimakan usia itu mengaku, sejak menikahi istrinya 31 tahun silam tepatnya 23 Februari 1980 itu biduk rumah tangganya hingga kini berjalan harmonis. Bahkan hingga kini ia tidak pernah memperlakukan kasar, termasuk mencubit sang istrinya.

Pasangan ini dikaruniai tiga orang anak yang  satu meninggal dunia saat lahir. Meski kondisi keluarganya termasuk dalam ekonomi yang pas-pasan, karena ia hanya seorang guru kampung namun semuanya berjalan harmonis hingga  kedua anaknya sudah berhasil meraih gelar sarjana semuanya.

“Sejak awal kami memiliki prinsip saling menghargai, sehingga tidak ada permasalahan dalam rumah tangga. Bahkan mencubit saja kami tidak pernah, karena sama-sama memegang prinsip tersebut,” terangnya. 

dicopy dari
tribun Kal Teng

Jumat, 14 Juni 2013

Rekaman Majelis Al Hidayah tadi malam 13 JUni 2013 di Sragen bersama Habib Muhammad Husein AlHabsyi , semoga mendaptakan berkah aamiin

 link download

Rabu, 12 Juni 2013

Dua hal yang memantik musibah


Khotbah yang mulia al-Habib Umar bin Hafidz


Segala madah (pujian) bagi Allah SWT, penghimpun manusia di hari kiamat yang telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur hidayah di muka bumi. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.

Wahai hamba Allah. Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram

Wahai hamba Allah,. Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.

Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala. Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh, dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abai serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak di negeri muslimin.

Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah tutup telinga dan mata. Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.
Sadarlah wahai muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu. Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.

Rasulullah SAW bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia mendapatkan harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya diamalkan?

Wahai hamba Allah. Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”

Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, “Di dalam surga, para penghuninya masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di kehidupan dunia—yang tidak mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT.”

Beliau juga mewanti-wanti, “Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat nanti.”

Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta tujuan yang penuh manfaat. “Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau mengalpakannya?” begitulah yang dinarasikan Rasulullah SAW.

Wahai hamba Allah. Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa zikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum muslimin tak pernah lalai untuk berzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam, baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh zikir. Mereka malas mengingat Allah dan lebih suka membicarakan yang lain. Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih asyik daripada bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.

Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis taklim. Ketika majelis pengajian diadakan di suatu desa, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW, “Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan kesempatan itu.”

Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.

Wahai hamba Allah. Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.

Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih Sayang.

Disalin dari
Majalah Cahaya Nabawiy edisi No. 77 Th VII Dzulqaidah 1430 H / Nopember 2009 Hal. 44-47

Selasa, 11 Juni 2013

Wisata hati ANTV K. H Yusuf Mansur

Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf - Suci Bersholawat

K.H Yusuf Mansur
Rekaman pengajian K.H Yusuf Mansur di ANTV 30-April-2013

K.H Yusuf Mansur - Ngapal al-Qur'an itu mudah 1
  Shalat dengan pakaian bergambar
Seseorang yang hendak menunaikan shalat sebaiknya mengenakan pakaian yang bersih dan tidak bergambar atau bertulisan, karena hal tersebut akan mengganggu kekhusyukannya maupun kekhusyukan orang lain. Sayangnya dewasa ini kita seringkali melihat pemandangan yang menyedihkan, tidak sedikit umat Islam yang shalat di masjid mengenakan kaos yang di bagian belakangnya tertulis iklan rokok, bahkan iklan minuman keras serta gambar-gambar yang tidak layak dibawa masuk ke masjid. Salah satu dalil yang melarang umat Islam mengenakan pakaian yang bergambar atau bertuliskan sesuatu di bagian belakangnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu. Sayyidina Anas radhiyallahu 'anhu menceritakan bahwa Sayidatuna 'Aisyah radhiyallahu 'anha memiliki sebuah tabir bergambar yang digunakan untuk menutupi sebagian rumah beliau. Maka Rasûlullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda kepadanya :

أَمِيْطِيْ عَنَّا قِرَامَكِ هذَا، فَإِنَّهُ لاَ تَزَالُ تَصَاوِيْرُهُ تَعْرِضُ فِيْ صَلاَتِيْ

Jauhkanlah tiraimu yang bergambar tersebut dari kami, karena sesungguhnya gambar-gambarnya menggangguku di dalam shalat. (HR Bukhari)

Mari kita renungkan, ketika ingin pergi ke sebuah pesta atau pertemuan penting, kita sibuk mempersiapkan pakaian yang akan dikenakan. Bahkan terkadang berminggu-minggu sebelumnya pakaian tersebut telah dipesan dan dipersiapkan. Sayangnya, untuk pertemuan terpenting dalam hidup kita, yaitu pertemuan dengan Allah, kita masih sering meremehkan dan mengabaikannya. Tidak sedikit orang yang berpakaian asal-asalan hanya sekedar untuk menutup aurat sebagai syarat sahnya shalat dan tidak memperhatikan keindahan dan kebersihannya. Padahal di dalam AlQur’an dengan tegas Allah memerintahkan :

# Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS Al-A'raf, 7:31)

Oleh karena itu, seseorang yang akan menunaikan shalat hendaknya mengenakan pakaian yang dianjurkan oleh Rasûlullah shallallahu 'alahi wa sallam . Beliau bersabda :

إِنَّ أَحْسَنَ مَا زُرْتُمُ اللهَ بِهِ فِيْ قُبُوْرِكُمْ وَمَسَاجِدِكُمُ الْبَيَاضُ

Sesungguhnya pakaian terbaik yang kalian kenakan ketika mengunjungi Allah, di kubur dan masjid kalian adalah yang berwarna putih. (HR Ibnu Majah)

Artinya kain kafan dan pakaian shalat terbaik adalah yang berwarna putih. Dalam hadits yang lain, Rasûlullah shallallahu 'alahi wa sallam bersabda :

إِلْبَسُوْا الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا أَطْهَرُ وَأَطْيَبُ، وَكَفِّنُوْا فِيْهَا مَوْتَاكُمْ

Kenakanlah pakaian yang berwarna putih, karena pakaian putih lebih suci dan lebih baik. Dan kafanilah mereka yang meninggal dunia di antara kalian dengan kain putih.(HR Tirmidzi)

disalin dari
http://www.kyaijawab.com/post/40/Shalat+Dengan+Pakaian+Bergambar akses 11-06-2013